PAIKEM Jadi Acuan Guru dan Tenaga Kependidikan SMK SMTI Banda Aceh Saat Proses Belajar Mengajar

Banda Aceh- Menuju Proses Belajar Mengajar (PBM) semester ganjil Tahun Ajaran 2024/2025, SMK SMTI Banda Aceh menggelar Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) untuk Guru, Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP), serta seluruh Tenaga Kependidikan. Diklat yang berlangsung pada Senin, 8 Juli 2024 lalu di Aula Gedung A, SMK SMTI Banda Aceh ini mengusung tentang Metode Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM). 

 Kepala SMK SMTI Banda Aceh, Junaidi, S.Kom., M.Si., dalam kata sambutannya menyampaikan bahwa metode pembelajaran PAIKEM ini sangat penting, khususnya model mengajar menyenangkan. “Mengenai pembelajaran aktif, kreatif, efektif, menyenangkan sering kita dengar. Tapi praktek dalam kehidupan sehari-hari belum tentu sanggup kita lakukan. Yang paling berat itu menyenangkan, saya rasa kalau misalnya pembelajaran itu tidak menyenangkan, yang 3 kompetensi yang lain itu tidak akan jalan,” ujarnya.

Kegiatan ini menghadirkan Prof. Dr. Kusmawati Hatta, M.Pd., Dekan Fakultas Dakwah UIN Ar-Raniry Banda Aceh, sebagai pemateri. Menurutnya, seorang pendidik itu dituntut harus kreatif, khususnya dalam membuat bahan ajar.

“Dosen dan guru itu harus kreatif. Bahan yang tersedia apapun harus menjadi bahan ajar yang baik,” ujarnya. Pembelajaran PAIKEM harus diterapkan agar peserta didik tidak merasa jenuh dan bosan saat berada di ruang kelas. “Oleh karena itu, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) perlu kita pelajari. Tapi ibu mencoba menjabarkan modelnya, yaitu PAIKEM (Partisipatif, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan), karena ada hal yang kadang-kadang perlu kita inisiasi. Bagaimana caranya nanti kita bisa menginisiasi dengan memanfaatkan pembelajaran atau alat-alat media, alat bantu pembelajaran yang sederhana tapi kita dapatkan di mana-mana, bisa menjadi bahan pembelajaran yang apik,” lanjut Kusmawati.

Ia juga menjelaskan bahwa kondisi guru dan profesi kantoran itu berbeda,“Kita sebagai pendidik akan menghadapi siswa/i yang berbeda-beda latar belakangnya. Berbeda dengan orang di kantoran, yang mereka hadapi adalah benda mati yang tidak bergerak.”

Kusmawati menerangkan permasalahan yang terjadi saat ini adalah guru-guru jarang meng-upgrade ilmu yang mereka punya. Seharusnya, ketika terjadi transfer ilmu dengan siswa, pendidik terlebih dahulu meningkatkan keilmuannya. 

“Guru-guru kita itu tidak pernah di-upgrade ilmunya. Ini juga persoalan kita yang paling besar. Jadi mulai dari sekarang, kita harus kontekskan diri kita dulu baru kita transferkan kepada peserta didik kita. Nah, karena kita pendidik, kita transferkan kepada peserta didik kita.” Dalam kalimat penutup sambutannya, Kepala SMK SMTI Banda Aceh berharap kegiatan ini dapat diterapkan oleh guru dan tenaga kependidikan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Sehingga bisa mewarnai proses belajar yang nyaman dan menyenangkan. “Semoga nanti dapat diterapkan pada saat sudah mulai PBM,” pungkasnya.

Janurul Aina

Tags:

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *