Gelar Workshop Penyusunan Perangkat Pembelajaran, Jhon Abdi: “Pembelajaran Keren Itu yang Juga Melibatkan Orang Tua Siswa”

Banda Aceh- SMK SMTI Banda Aceh mengadakan workshop Penyusunan Perangkat Pembelajaran Kurikulum Merdeka Tahun Ajaran 2024/2025 bagi seluruh guru yang terlibat dalam Proses Belajar Mengajar (PBM). Kegiatan ini berlangsung dari 26 s.d. 27 Juni 2024 di Ruang Multimedia, Gedung A, SMK SMTI Banda Aceh. Workshop ini bertujuan untuk mengedukasi para guru dan tenaga kependidikan tentang proses pembuatan Tujuan Pembelajaran (TP), Alur Tujuan Pembelajaran (ATP), dan Modul Ajar.

Acara yang diisi oleh Jhon Abdi, S.Pd., M.Pd., selaku Pengawas Sekolah di Dinas Pendidikan Aceh, ini memaparkan tentang berbagai hal terkait dengan perangkat pembelajaran yang digunakan pada Kurikulum Merdeka dan meluruskan terkait kekeliruan yang sering dilakukan oleh guru-guru saat ini.

Gambar : Pembukaan Acera Oleh Pengawas SMK SMTI Banda Aceh

“Ada beberapa hal yang keliru terkait penerapan kurikulum merdeka dari guru-guru kita, salah satunya terkait dengan assesmen diagnostik. Karena pada dasarnya asesmen tersebut digunakan untuk sekolah luar biasa. Kenapa? Karena anak-anak sekolah luar biasa ketimpangannya luar biasa, mereka perlu di-asessment,” jelasnya.

Kurikulum Merdeka juga mengatur pembelajaran yang tepat bagi Sekolah Luar Biasa (SLB) atau sekolah untuk anak yang berkebutuhan khusus. Perbedaan penerapan kurikulum pada sekolah biasa dan sekolah berkebutuhan khusus menurutnya harus dapat dipahami dengan baik.

“Kurikulum itu muncul ketika anak sudah belajar. Anak-anak, misalnya, dia ada yang cacat tangannya, fisiknya. Ketika berbicara tentang membuat prakarya bisa nggak dia membuat poster? Tapi kan dia punya akal yang baik, nanti dia bisa suruh kawannya yang mungkin pengetahuannya kurang untuk memotong bagian sini dan lain-lain. Ada yang pinter ukur, dia ukur. Kurikulum itu terjadi karena keterbatasan mereka. Jadi assesmen ini digunakan, assesmen diagnostik namanya. Beda dengan kita, kita gunakan assessment awal,” lanjut Jhon Abdi.

Gambar : Jhon Abdi Memberi Pengarahan

Tujuan dilakukan assessment awal salah satunya adalah untuk memetakan atau mengelompokkan anak sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.

“Untuk apa digunakan assessment awal, ya mungkin untuk mengelompokkan anak atau memetakan anak. Tapi tidak boleh dikelompokkan tanpa dasar yang jelas, kecuali kelasnya homogen. Yang penting ada dasar,” tuturnya.

Menurut Jhon Abdi, proses pembelajaran yang baik tidak hanya melibatkan peserta didik dan guru, tetapi juga orang tua siswa yang notabenenya merupakan madrasah pertama bagi siswa.

“Bukan hanya kelompok saja yang penting, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan juga penting. Kalau guru melibatkan orang tua dalam pembelajaran itu keren, coba lihat berapa banyak guru yang melibatkan orang tua dalam proses pembelajaran.”

Gambar : Foto bersama setelah kegiatan

Kepala SMK SMTI Banda Aceh, Junaidi S.Kom., M.Si., berharap kegiatan ini dapat membantu guru dan tenaga kependidikan untuk menyusun perangkat pembelajaran dengan lebih baik.

“Semoga dengan adanya kegiatan ini, guru-guru dan tenaga kependidikan bisa menyusun perangkat pembelajaran dengan lebih baik dan lebih terarah, serta dapat digunakan dengan baik pada saat proses pembelajaran berlangsung,” ujarnya. []

-Janurul Aina-

Categories:

Tags:

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *